Seorang wanita 46 tahun dilaporkan mengalami masalah ginjal setelah menjalani prosedur pengangkatan batu ginjal. Diketahui, pasien memiliki riwayat batu ginjal, menjalani operasi intrarenal, retrograde, atau RIRS yangmerupakan teknik bedah minimal invasif yang terutama digunakan dalam kasus-kasus seperti itu, yang dianggap berhasil.
Namun, pasca operasi pasien di Italia itu kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda cedera ginjal. Wanita tersebut sampai memerlukan pemindahan ke unit perawatan intensif (ICU).
Setelah menjalani pemeriksaan, ia diagnosis sindrom uremik hemolitik atipikal atau Atypical hemolytic uremic syndrome (aHUS).
"Kasus ini menyoroti kebutuhan kritis untuk segera mengenali dan menangani aHUS sebagai komplikasi pasca operasi, terutama dalam konteks endourologi (saluran kemih," jelas para peneliti yang dikutip dari aHUS News.
aHUS adalah kondisi sistem imun yang ditandai dengan anemia hemolitik. Itu terjadi saat sel darah merah dihancurkan lebih cepat daripada pembentukannya.
Selain itu, kondisi sini disertai gagal ginjal akut dan trombositopenia, atau rendahnya kadar trombosit yang membantu darah membeku.
Penyakit langka ini biasanya berkaitan dengan disregulasi kaskade komplemen, sekelompok protein imunologis yang membawa melawan infeksi. Overaktivasi komplemen dapat didorong oleh faktor genetik, tetapi juga dapat dipicu oleh faktor eksternal, seperti kehamilan, infeksi, dan operasi.
Meskipun sebagian besar kasus aHUS yang terkait dengan operasi berkaitan dengan transplantasi, sebuah tim peneliti dari sebuah rumah sakit di Roma kini telah melaporkan kasus pertama yang terdokumentasi dari kondisi yang berkembang setelah RIRS.
Diketahui, wanita tersebut memiliki riwayat batu ginjal, tetapi belum pernah menjadi operasi sebelumnya. Pasien tersebut, seorang wanita berusia 46 tahun, mengalami batu ginjal berulang yang disertai nyeri klinik pada 2021. Namun, batu tersebut keluar secara spontan.
Pada Februari 2024, pemindaian CT menunjukkan adanya batu di bagian tengah ginjal kanannya. Tiga bulan kemudian, ia menjalani operasi pengangkatan batu ginjal kanan (RIRS).
"Prosedurnya berjalan lancar, berhasil membersihkan 80 persen batu," catat tim tersebut.
Keesokan harinya, wanita tersebut tiba-tiba mengalami demam, menggigil, tekanan darah rendah, dan oliguria, kondisi yang ditandai dengan produksi urine rendah, yang kemudian berkembang menjadi syok septik.
Hasil laboratorium menunjukkan tanda-tanda cedera ginjal akut, anemia hemolitik, dan trombositopenia, yang mengarah pada kecurigaan aHUS.
"Meskipun telah dilakukan upaya stabilisasi awal, kondisi pasien memburuk, sehingga memerlukan pemindahan ke unit perawatan intensif," tulis para peneliti.
Wanita tersebut menjalani serangkaian tes diagnostik untuk mencari berbagai jenis mikroangiopati trombotik (TMA), kategori penyakit yang mencakup aHUS dan gangguan lainnya.Berkat penanganan cepat, kondisi pasien membaik secara signifikan. Ia kemudian menjalani operasi kedua untuk mengangkat sisa batu dengan perawatan pencegahan aHUS.
Para peneliti menegaskan pentingnya kasus ini untuk memperluas spektrum pemicu aHUS dan menekankan agar dokter lebih waspada terhadap komplikasi langka ini, bahkan pada prosedur non-transplantasi.
Simak juga Video: Hati-hati! Inilah Gejala Awal Penderita Batu Ginjal
(sao/kna)