
Seorang wanita bernama Ratih Raynada (30) mengaku mengalami lumpuh total usai menjalani operasi sesar anak keempatnya di RSUD Kota Bekasi pada September 2023. Ratih menduga dirinya jadi korban malapraktik.
Warga Kelurahan Padurenan, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi menceritakan pengalamannya itu. Ia mengatakan, datang ke rumah sakit dalam kondisi baik dan normal.
Saat menjalani operasi itu, ia mengaku biusnya tak bekerja. Ia masih merasakan sakit, termasuk saat pembedahan dilakukan.
“Awalnya saya masih bisa jalan sendiri, bahkan pas ke rumah sakit pun jalan kaki. Tapi saat operasi itu, saya masih sadar dan merasakan sakit saat disuntik bius. Saya teriak-teriak karena sakitnya luar biasa, tapi dokter hanya bilang ‘angkat kaki’,” kata Ratih menceritakan kondisinya sambil terbaring.
Ratih mengaku anaknya lahir dengan normal, meski ia merasakan sakit yang cukup berat selama proses operasi itu.
Setelah menjalani operasi, hari itu Ratih masih merasa berat pada tubuhnya. Dokter saat itu menyebut hal itu hal normal pasca operasi.
Keanehan di Tubuh

Setelah operasi, Ratih merasakan tubuhnya tak kunjung pulih dari efek bius. Bahkan beberapa bulan kemudian, ia kemudian mendatangi rumah sakit itu untuk mengecek keadaannya.
Dokter mendiagnosis bahwa tulang belakangnya mengalami kerusakan dan menyarankan pemasangan pen logam.
“Saya kaget waktu dibilang tulangnya busuk dan harus dipasang pen. Kalau tidak, saya disebut akan lumpuh total. Karena takut, akhirnya saya pasrah dioperasi lagi,” katanya.
Operasi pemasangan pen tulang belakang pun dilakukan. Alih-alih membaik, kondisinya semakin menurun. Rasa sakit menyebar ke seluruh tubuh, bahkan untuk duduk pun sulit dilakukan.
Ratih mengaku sudah konsultasi dengan dokter. Menurutnya, dokternya yang menanganinya tidak hanya satu sehingga hal itu membingungkannya.
“Dokternya beda-beda. Yang operasi bukan yang kontrol, yang kontrol bukan yang pasang pen. Saya bingung mau konsultasi ke siapa. Pernah mau tanya ke dokter yang megang, tapi katanya konsultasi ke dokter lain. Semuanya jadi enggak jelas,” ujar Ratih.
Menurut keluarga, diagnosis yang diberikan oleh pihak rumah sakit kerap berubah-ubah. Mulai dari dugaan TB tulang, saraf terputus, hingga gula darah tinggi. Namun tak ada kepastian satu pun yang menjelaskan kenapa Ratih lumpuh usai operasi caesar.
“Awalnya cuma kaki yang sakit. Tapi setelah dipasang pen, seluruh badan saya sakit. Awalnya masih bisa duduk, sekarang miring saja sakit. Rumah sakit seperti main tebak-tebakan diagnosis,” kata Ratih.
“Saya sempat dengar dokter bilang, ‘kalau nggak dilihat masa kedaluwarsa obatnya’. Itu bikin saya makin takut. Sekarang saya hanya ingin bisa sembuh dan kembali mengurus anak-anak saya,” lanjut Ratih.
Ditinggal Suami, Anak-anak Tak Lagi Sekolah

Usai menjalani pemasangan pen pun kondisi Ratih tak kunjung membaik. Ia lumpuh total.
Lebih ironisnya, Ratih tak bisa lagi bekerja. Suaminya meninggalkan keluarga sejak dirinya lumpuh, dan anak-anaknya mulai putus sekolah karena tidak ada yang bisa menafkahi.
“Sejak Februari suami saya pergi. Anak-anak harus berhenti sekolah. Saya enggak bisa ngurus mereka. Saya cuma ingin sembuh, bisa kerja, dan jadi ibu lagi buat anak-anak saya,” ucap Ratih dengan mata berkaca.
Harap Keadilan
Ayah Ratih, Pak Razif, kini menjadi satu-satunya penopang. Ia mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan harian cucu-cucunya.
“Anak saya dulu datang sehat ke rumah sakit, sekarang pulang lumpuh. Kami rakyat kecil cuma bisa minta keadilan. Hidup kami susah sekarang,” ujar Razif penuh harap.
Relawan Bantu
Melihat kondisi Ratih yang makin memprihatinkan, sejumlah relawan dari Yayasan Matahati Semesta tergerak untuk membantu. Salah satunya adalah Agus Wibisono, relawan kemanusiaan yang saat ini mendampingi keluarga Ratih.
“Kami menilai dari kronologinya, ini sudah tidak masuk akal. Bius tidak bekerja, tapi operasi tetap dilakukan. Ini mengarah pada dugaan kelalaian medis,” kata Agus, Minggu (29/6).
Agus menyebut, pihaknya akan berupaya mencarikan rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas dan tenaga medis lebih mumpuni.
“Kami juga tengah berupaya membuka jalan donasi untuk membantu sambung hidup keluarga ini. Mereka sudah kehilangan segalanya, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari pun sangat kesulitan,” ujarnya.
Respons Pihak RSUD Kota Bekasi

Direktur RSUD Kota Bekasi, dr. Kusnanto Saidi, MARS., menegaskan bahwa pihaknya sudah berupaya memberikan penanganan sesuai prosedur medis yang berlaku.
Menurut dr. Kusnanto, pasien atas nama Ratih Raynada memang sempat menjalani operasi sesar di rumah sakit tersebut pada September 2023. Namun, ia menyebut bahwa kontrol pasca operasi baru dilakukan pada bulan Desember atau sekitar tiga bulan setelah tindakan operasi.
“Pasien baru kembali kontrol ke rumah sakit pada Desember 2023. Selama itu tidak ada catatan kontrol atau keluhan yang disampaikan langsung ke kami. Jadi ada jeda cukup panjang,” ujarnya saat dikonfirmasi.
Pihak rumah sakit, lanjut Kusnanto, juga telah melakukan pertemuan dengan keluarga pasien. Namun, ia menilai permintaan pihak keluarga terlalu tinggi, sementara tenaga medis sudah berusaha sebisanya.
“Ayah pasien ingin anaknya bisa sembuh seperti sedia kala. Tapi kita ini bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan seketika. Kami sudah berupaya maksimal sesuai kapasitas dan keilmuan kami,” ucap Kusnanto dihubungi, Minggu (29/6).