Cerita Produsen Kopi Arabika Gayo yang Terimbas Tarif Trump

4 hours ago 1
Pemilik Teluk Gayo Coffee Iqbal Aisar dalam acara Karya Kreatif Indonesia, Kamis (7/8/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Iqbal Arisa harus membatalkan rencananya untuk mengekspor kopi arabika gayo Rp 2,5 miliar dari dataran tinggi Gayo ke Amerika Serikat (AS). Tarif impor dari Presiden AS Donald Trump ke Indonesia sebesar 19 persen menjadi penyebabnya.

Iqbal yang merupakan pemilik Teluk Gayo Coffee itu mengakui keputusan menghentikan pengiriman bukan perkara ringan. Apalagi, semua sudah siap mulai dari kontainer terisi penuh, dokumen rampung, hingga pembeli menyatakan minat.

Buyer di Amerika itu dia nggak mau bayar tarif impor yang di Amerika. Mayoritas gitu. Jadi, mereka maunya harga deal kopi itu dimasukin ke tarif impor. Itu kan merugikan kami sebagai eksportir,” ujar Iqbal kepada wartawan di JCC Senayan, Kamis (7/8).

"Kami kemarin akhirnya enggak mau kirim. Kami juga nggak mau rugi. Karena satu kontainer itu jumlahnya hampir Rp 2,5 miliar," imbuhnya.

Perubahan kebijakan ini menjadi pukulan bagi pelaku usaha seperti Iqbal yang selama ini menggantungkan ekspor ke pasar Amerika. Kini, ia mulai melirik pasar alternatif seperti Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa, sambil tetap mencoba memperkuat penetrasi di dalam negeri.

Teluk Gayo Coffee merupakan produsen kopi Arabika dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Iqbal mengungkapkan AS, Jepang, dan China adalah tiga pasar utama kopi Gayo. Permintaan tinggi karena negara-negara tersebut sudah terbiasa dengan konsumsi kopi berbasis mesin dan dalam jumlah besar.

Ekspor Kopi Fluktuatif, Tapi AS Tetap Pasar Utama

Biji kopi arabika Gayo organik sedang disortir sebelum diekspor ke AS dan Eropa di gudang kopi Ketiara, Takengon, Senin (19/9/2022). Foto: Chaideer Mahyuddin/AFP

Data ekspor kopi Indonesia lima tahun terakhir menunjukkan tren naik turun. Meski begitu, AS tetap menjadi pasar terbesar:

2021: 387,26 juta kg senilai USD 858,56 juta (Rp 14,08 triliun). Ekspor ke AS mencapai 57,7 juta kg senilai USD 194,82 juta (Rp 3,19 triliun).

2022: 437,56 juta kg senilai USD 1,15 miliar (Rp 18,83 triliun). Ekspor ke AS mencapai 55,8 juta kg senilai USD 268,92 juta (Rp 4,41 triliun).

2023: 279,94 juta kg senilai USD 929,01 juta (Rp 15,24 triliun). Ke AS mencapai 36,7 juta kg senilai USD 215,97 juta (Rp 3,54 triliun).

2024: 316,72 juta kg senilai USD 1,64 miliar (Rp 26,88 triliun). Ke AS mencapai 44,3 juta kg senilai USD 307,43 juta (Rp 5,04 triliun).

Jan–Apr 2025: 126,92 juta kg senilai USD 709,11 juta (Rp 11,63 triliun). AS menyerap 20,24 juta kg senilai USD 128,26 juta (Rp 2,10 triliun).

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Selasa (5/8/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan

Kendati tarif resiprokal sebesar 19 persen sudah diterapkan, masih terbuka ruang negosiasi antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat. Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut beberapa komoditas seperti CPO, kopi, kakao, hingga nikel sedang diajukan untuk dapat tarif 0 persen.

"Jadi itu sedang dalam pembahasan dan itu dimungkinkan lebih rendah dari 19 persen dan dimungkinkan mendekati 0 persen," ungkap Airlangga.

Read Entire Article