Bagi sebagian orang, orgasme mungkin identik dengan kenikmatan. Namun, bagi para perempuan yang mengalami Persistent Genital Arousal Disorder/PGAD, orgasme justru bisa menjadi mimpi buruk yang melemahkan fisik dan mental. Kondisi langka ini membuat mereka mengalami sensasi rangsangan dan orgasme secara terus-menerus, tanpa adanya rangsangan seksual atau keinginan.
Meski terdengar seperti fantasi, kenyataannya PGAD sering disertai rasa sakit, rasa malu, dan stigma sosial. Berikut kisah tiga wanita dari berbagai negara yang berbagi pengalaman mereka.
50 Kali Orgasme dalam Sehari
Dikutip dari NYPost, seorang perempuan berusia 29 tahun berbagi kisahnya di forum Reddit 'Ask Me Anything' tentang bagaimana PGAD mengubah hidupnya. Ia menjelaskan bahwa sensasi gairah datang secara spontan, bahkan bisa memicu hingga 50 orgasme dalam sehari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan sesuatu yang diinginkan, ini sangat mengganggu," ujarnya.
Sensasi terkuat biasanya ia rasakan di leher rahim, disertai tanda-tanda peringatan seperti rasa panik, disosiasi, atau geli di area genital. Gelombang rangsangan kemudian menyebar dari klitoris, ke rektum, hingga leher rahim. Akibatnya, ia hampir tidak pernah keluar rumah dan kesulitan untuk bekerja.
Mengganggu dan Menyakitkan
Di China, seorang wanita berusia 20 tahun telah mengalami orgasme spontan sejak usia 14 tahun. Sensasinya seperti sengatan listrik di selangkangan, diikuti kontraksi panggul mirip orgasme.
Yang mengejutkan, gejala ini muncul tanpa hasrat seksual dan bisa muncul kapan saja, bahkan saat ia sedang diwawancarai dokter. Pemeriksaan medis menunjukkan ia tidak memiliki epilepsi atau gangguan saraf lainnya.
Akhirnya, pengobatan menggunakan obat antipsikotik seperti risperidone dan olanzapine membantu meredakan gejalanya. Namun, PGAD tetap menjadi misteri medis, jarang terjadi, sulit diobati, dan dapat menyerang tanpa peringatan.
Sulit Beraktivitas
Diberitakan The Sun, Emily McMahon, 36 tahun, asal Melbourne, Australia, menggambarkan kondisinya sebagai 'gairah 24/7' yang sama sekali tidak menyenangkan. Ia bisa mengalami lima orgasme menyakitkan dalam sehari, yang membuatnya kesulitan beraktivitas di ruang publik.
Getaran di transportasi umum bisa memicu reaksi, dan banyak orang salah paham mengira ia menikmati sensasi tersebut. Bahkan keluarganya pernah menyarankan untuk menikmatinya"atau masturbasi agar gejala reda, padahal kenyataannya setiap orgasme disertai nyeri tajam di selangkangan dan sensasi terbakar.
Kondisi Emily diduga disebabkan kerusakan saraf. Tidak ada obatnya, dan operasi hanya tersedia di Amerika Serikat dengan biaya yang tidak terjangkau. Meski begitu, pasangannya tetap setia mendukung, walau hubungan intim sering kali menyakitkan.
PGAD diperkirakan memengaruhi sekitar 1 persen perempuan, tetapi angka pastinya sulit ditentukan karena banyak dari mereka merasa malu untuk mencari pertolongan. Penyebabnya bisa meliputi kerusakan saraf, kelainan tulang belakang, efek samping obat, atau bahkan kombinasi faktor fisik dan psikologis.
Bagi para pasien, tantangan terbesar bukan hanya rasa sakit, tetapi juga stigma sosial dan kurangnya pemahaman medis.
"Saya tidak menginginkan ini. Saya hanya ingin sembuh, dan agar perundungan serta penghakiman berhenti."
(naf/naf)