Peneliti mengungkapkan otak bekerja seperti 'lemari arsip' untuk menyimpan memori visual dari berbagai objek. Ini berkaitan erat dengan bagian hipokampus otak yang memiliki kemampuan mengingat 'di mana' dan 'kapan' suatu peristiwa terjadi.
Tapi bagi ahli, tidaklah masuk akal hipokampus juga harus menyimpan satu per satu memori dari setiap objek yang ditemui. Oleh karena itu, mereka berpendapat hipokampus pasti menggunakan sistem kategorisasi, seperti lemari arsip.
Peneliti dari University of Southern California (USC) bernama Dong Song bersama timnya merekrut 24 pasien epilepsi yang sudah memiliki elektroda tertanam di otak. Elektroda tersebut digunakan untuk mendeteksi lokasi kejang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak pasien epilepsi mengalami gangguan memori, sehingga penelitian ini sangat cocok menurut ahli. Ketika peserta menyelesaikan tugas pengingatan kembali, peneliti berhasil merekam lonjakan aktivitas dari dua kelompok neuron di hipokampus menggunakan elektroda yang terpasang.
"Kami memperlihatkan lima kategori gambar kepada para pasien seperti 'hewan', 'tumbuhan', 'bangunan', 'kendaraan', dan 'alat kecil'. Lalu kami merekam sinyal dari hipokampus," ujar Song dikutip dari IFL Science, Kamis (31/7/2025).
Mereka menggunakan teknologi machine learning untuk menganalisis pola sinyal otak yang terekam. Tujuannya untuk mengetahui apakah sinyal otak bisa dibaca sedemikian rupa sehingga peneliti bisa menguraikan kategori gambar yang sedang pasien ingat.
Dengan kata lain, apakah peneliti bisa 'membaca pikiran' hanya dari rekaman otak untuk mengetahui jenis gambar saat itu? Dan jawabannya, ternyata bisa.
"Kami bisa cukup akurat menguraikan kategori gambar apa yang sedang pasien coba ingat," kata Song.
Menurut Song, ini mengonfirmasi otak memang menyortir objek-objek ke dalam kategori tertentu. Ini sudah dicurigai sejak lama oleh ilmuwan.
Peneliti menambahkan temuan ini bisa menjadi langkah awal pengembangan alat klinis untuk berbagai masalah memori seperti pikun di masa depan. Ini bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
"Dengan pengetahuan ini, kita bisa mulai mengembangkan alat klinis untuk memulihkan kehilangan ingatan dan meningkatkan kualitas hidup, termasuk prostetik memori dan strategi neurorestoratif lainnya," kata peneliti pendamping Charles Liu.
Penelitian lanjutan akan diperluas ke luar lima kategori yang sudah digunakan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menemukan objek yang dalam beberapa kategori sekaligus.
Tim juga menyarankan agar penelitian di masa depan mencoba meniru kondisi yang lebih realistis di dunia nyata, serta menjelajahi penyimpanan memori jangka panjang. Setelah objek-objek itu 'diarsipkan', apakah mereka tetap berada di sana atau sistemnya berkembang seiring waktu.
(avk/naf)