Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi di Indonesia. Bahkan, angka kejadian (insidensi) dan kematiannya (mortalitas) tercatat sebagai yang tertinggi di antara seluruh jenis kanker di Tanah Air.
Namun jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, kasus kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki. Sementara pada perempuan, kanker paru berada di posisi kelima. Jenis kanker yang paling umum pada perempuan masih didominasi oleh kanker payudara dan kanker serviks.
"Kalau melihat dari tren, dari 1990 sampai 2021 trennya terus meningkat. Itu tandanya ini merupakan alarm tidak bisa dinafikan dengan mortalitas yang masih tinggi saat ini," tutur spesialis paru, Prof dr Laksmi Wulandari SpP(K)-Onk, FCCP, FISR, FISCM dalam webinar Hari Kanker Paru Sedunia oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Sabtu (2/8/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Prof Laksmi, sebagian besar pasien kanker paru di Indonesia baru terdeteksi saat sudah berada di stadium lanjut. Lebih dari 85 persen kasus ditemukan dalam stadium III dan IV, yang umumnya sudah tidak dapat disembuhkan (non-curable).
Terlebih, angka kematian akibat kanker paru tercatat mencapai 13,2 persen dari seluruh kematian akibat kanker. Sementara itu, menurut data studi CONCORD-2, tingkat ketahanan hidup lima tahun pasien kanker paru di Indonesia hanya mencapai 12,2 persen, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata global.
Lebih lanjut, Prof Laksmi mengatakan terdapat sejumlah faktor risiko yang dapat memicu tumbuhnya sel kanker paru dalam tubuh.
"Bagaimana kanker paru bisa tumbuh, pertama adalah faktor risiko tadi sudah dijelaskan merokok itu merupakan faktor risiko dengan 9 dari 10 kasus kanker pada laki-laki itu biasanya karena rokok kemudian, 8 dari 10 kasus pada wanita itu biasanya karena kasus suaminya yang merokok atau rokok pasif," kata Prof Laksmi.
Faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker paru, terutama jika terdapat riwayat keluarga dengan penyakit serupa dalam tiga generasi, seperti ayah, anak, atau saudara kembar.
Ia juga menyoroti paparan zat-zat karsinogenik dalam makanan, yang dapat memicu mutasi sel di dalam tubuh.
"Kemudian adanya karsinogen dalam makanan yang mengandung zat-zat berbahaya. Kemudian paparan asbes, polutan, kemudian radiasi, dan gas radon," lanjutnya.
(suc/kna)