Program cek kesehatan gratis (CKG) khusus anak sekolah resmi dimulai Senin (4/8/2025). Ini merupakan kelanjutan program CKG umum yang sebelumnya sudah dimulai sejak Februari 2025.
Diharapkan, program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah dapat meningkatkan jumlah masyarakat yang menerima manfaat pemeriksaan kesehatan tanpa biaya. Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono dalam kunjungannya ke SD Prestasi Global, Depok, Jawa Barat, menuturkan bahwa program CKG sangat penting untuk dilaksanakan.
Program ini menjadi salah satu langkah preventif untuk mendeteksi berbagai penyakit serius sebelum gejalanya benar-benar muncul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerimaan Masyarakat dan Fungsi CKG Sekolah
Menurut Wamenkes, salah satu faktor kesehatan yang perlu diperhatikan adalah kesehatan mata. Ia mengatakan penglihatan yang buruk dapat mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, pemeriksaan mata masuk dalam CKG sekolah.
"Kalau matanya terganggu, nanti mereka melakukan proses belajar jadi nggak kelihatan, prestasi turun. Prestasi turunnya bukan karena nggak bisa (pelajaran), tapi mereka nggak bisa lihat yang ditulis di papan tulis," kata Wamenkes ketika ditemui awak media di Depok, Jawa Barat, Senin (4/8/2025).
Menurut Wamenkes, program CKG yang dilaksanakan di Depok berjalan dengan sangat baik. Ia menyebut anak-anak yang terlibat dalam pemeriksaan kesehatan mengikutinya dengan serius tapi tetap bahagia.
"Saya lihat hari ini bagus ya, anak-anak lari di pemeriksaan kebugaran. Mereka serius untuk lari, mereka serius tapi happy. Mereka saya lihat, tidak ada rasa takut di pemeriksaan kesehatan ini, justru menggembirakan," sambungnya.
Ada Pemberian Imunisasi HPV hingga Cek Kejiwaan
Pemeriksaan CKG sekolah meliputi kesehatan gigi, mata, telinga, kebugaran, tekanan darah tinggi, tinggi badan, berat badan, kelengkapan imunisasi, kebugaran, gejala TBC, serta pemeriksaan kejiwaan. Kelengkapan imunisasi yang diberikan adalah untuk rubella, campak, serta HPV (human papillomavirus) kanker serviks khusus untuk siswa putri kelas 5 SD.
Menurut Wamenkes, pencegahan kanker serviks melalui imunisasi HPV sangat penting. Seringkali kanker serviks terdeteksi terlambat, sehingga pasien sulit menjalani perawatan dan kualitas hidup menurun.
Terlebih, kanker serviks merupakan jenis kanker penyebab kematian terbanyak kedua bagi wanita Indonesia.
"(Imunisasi) HPV ini cara untuk mencegah penyakit kanker serviks dan kanker serviks itu biasanya terjadi setelah mereka menikah biasanya. Dengan melakukan imunisasi HPV, maka bisa dicegah kanker serviks ini. Dan ini harus dilakukan sedini mungkin memang," katanya.
Sementara itu, untuk pemeriksaan kejiwaan dilakukan melalui kuesioner yang diberikan. Beberapa hari sebelum CKG dimulai, orang tua sudah dikirimi kuesioner untuk diisi.
Pengisian kuesioner bisa dilakukan oleh orang tua untuk anak SD, sedangkan untuk SMP dan SMA bisa melakukannya sendiri.
"Ada kuesioner yang dibagikan ke anak-anak SD itu diisi oleh orang tuanya, untuk mengidentifikasi kesehatan mental anak-anak SD, karena memang agak sulit ditanya. Kalau SMP dan SMA bisa diisi sendiri. Jadi sebelum pemeriksaan, diberikan pada orang tuanya," sambungnya.
Kata Mereka yang Ikut CKG Sekolah
Berdasarkan pemantauan detikcom, sebagian besar anak tampak tenang ketika mengikuti program CKG. Ada sebagian anak yang nampak khawatir, tapi setelah pemeriksaan selesai, semuanya kembali normal.
Salah satunya Alfian (6) siswa kelas 1 SD yang tenang ketika menjalani imunisasi. Meski ia harus disuntik menggunakan jarum, ia tetap santai.
"Nggak sakit (suntuk), biasa aja. Karena aku banyak olahraga," katanya ketika ditanyai.
Selain imunisasi, dalam program CKG sekolah juga disediakan tes kebugaran. Dalam tes ini, siswa diminta untuk lari ringan memutari lapangan sebanyak 14 kali dengan total jarak 1.000 meter. Meski nampak melelahkan, mereka tetap begitu semangat.
"Capek lumayan sih. Aku nggak latihan sih buat tes ini, cuma memang pernah aku jalan kaki 12 km," cerita Reyhan (9) siswa kelas 4 SD pada detikcom.
"Kaki aku pegel banget ini, aku memang suka olahraga. Suka lari-lari sejak kelas 2 SD. Aku biasanya juga basket seminggu sekali, ikut klub," sambungnya.
Waktu berlari dicatat oleh guru olahraga yang melakukan tes. Jika siswa tidak kuat, mereka juga tidak akan dipaksa untuk menyelesaikan keseluruhannya.
Sebagai langkah tindak lanjut, apabila ditemukan indikasi masalah kesehatan pada anak, maka akan dirujuk ke puskesmas untuk pengobatan. Apabila pengobatan tidak mampu dilaksanakan puskesmas, maka anak akan dirujuk ke rumah sakit.
(avk/suc)