
Contoh guru sebagai fasilitator di era pembelajaran modern sangat penting untuk menekankan peran aktif siswa dalam proses belajar. Dulu, guru hanya berperan sebagai penyampai materi. Sekarang peran tersebut sudah berubah.
Perubahan peran ini menuntut guru untuk lebih kreatif, komunikatif, dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan serta mendorong kolaborasi.
Contoh Guru Sebagai Fasilitator dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

Dalam pendidikan modern, peran guru tidak lagi hanya sebagai penyampai materi (teacher-centered), tetapi menjadi pembimbing dan pengarah proses belajar siswa (student-centered). Salah satu peran penting yang menonjol dalam pendekatan ini adalah guru sebagai fasilitator.
Artinya, guru memberikan informasi sekaligus membantu siswa untuk aktif mencari, memahami, dan mengembangkan pengetahuan secara mandiri. Guru menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menyediakan sumber belajar, dan memberi arahan saat dibutuhkan. Akan tetapi tetap memberi ruang pada siswa untuk mengeksplorasi.
Menurut buku STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Pendekatan Teori dan Praktik di Era Inovasi Pendidikan, Firman Saleh, dkk, (2025), guru sebagai fasilitator pembelajaran mengubah cara siswa menerima informasi. Selain itu juga memberdayakan mereka untuk menjadi pembelajar yang mandiri, kritis, dan kreatif.
Berbagai contoh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
1. Memberikan Proyek atau Tugas Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Guru IPA memberi tugas kepada siswa untuk meneliti dampak pencemaran air terhadap lingkungan sekitar. Guru tidak langsung menjelaskan semua fakta, melainkan memberikan panduan umum, sumber referensi, dan pertanyaan pemantik.
Siswa diminta untuk mencari data, berdiskusi, dan menyusun laporan hasil temuan mereka. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai fasilitator dengan membimbing proses, bukan mendikte isi.
2. Menyediakan Sumber Belajar yang Bervariasi
Dalam pembelajaran sejarah, guru tidak hanya menggunakan buku teks. Guru akan menyediakan video dokumenter, artikel berita, podcast, dan peta interaktif.
Kemudian siswa diberi kebebasan memilih sumber mana yang ingin mereka gunakan untuk memahami topik tertentu, misalnya tentang Perang Dunia II. Guru hanya mengarahkan cara mengakses informasi dan menilai keakuratan sumber.
3. Mengorganisasi Diskusi Kelompok
Dalam pelajaran PPKn, guru membagi kelas ke dalam kelompok dan memberikan tema “Kebebasan Berpendapat di Era Digital”. Guru bertugas memantau jalannya diskusi, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi, dan meluruskan jika ada kesalahpahaman.
Guru tidak mendominasi diskusi. Perannya adalah hadir sebagai pengarah agar proses berjalan lancar dan siswa dapat menyimpulkan sendiri pemahamannya.
4. Mendorong Pembelajaran Mandiri (Self-Directed Learning)
Di kelas bahasa Inggris, guru memberi daftar topik esai dan meminta siswa memilih topik sesuai minatnya. Siswa mencari referensi, menyusun kerangka, lalu menulis esainya.
Guru mendampingi dengan memberi umpan balik saat dibutuhkan, serta menyediakan sesi konsultasi bagi siswa yang ingin bertanya lebih lanjut. Ini menunjukkan peran guru sebagai fasilitator dalam membangun kemandirian belajar.
5. Menyediakan Lingkungan Belajar Inklusif
Dalam kelas yang terdiri dari siswa dengan latar belakang dan kemampuan berbeda, guru berusaha menciptakan suasana belajar yang inklusif. Guru menyesuaikan metode pembelajaran, menyediakan alat bantu bagi siswa berkebutuhan khusus, dan mendorong siswa untuk saling menghargai.
Saat ini, guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi. Guru adalah jembatan yang menghubungkan siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar yang bermakna.
Baca Juga: Filsafat Pendidikan Esensialisme Memandang Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Contoh guru sebagai fasilitator yang sudah disebutkan menunjukkan bahwa guru lebih fokus pada proses, bukan hanya hasil. Mereka memberi ruang bagi siswa untuk bertanya, bereksplorasi, dan menemukan sendiri jawaban melalui pengalaman belajar aktif. (DNR)