
Liga 1 Putri yang sudah vakum lebih dari 6 tahun lamanya membawa banyak problem buat sepak bola wanita Indonesia. Pemain tak punya klub, kemampuannya tak terasah. Jam terbangnya, ketika bermain buat Timnas Wanita Indonesia, jomplang dengan kompatriotnya pemain naturalisasi yang berkarier di luar. Yang lebih penting, pemain kita jelas tak punya ladang untuk mencari rezeki.
Desakan kepada PSSI untuk segera memutar Liga Putri bukannya tak disuarakan. Mulai dari suporter hingga pemain ramai-ramai memberikan opini tentang urgensi kompetisi sepak bola putri.
PSSI punya banyak alasan, yang sebagian masuk akal. Akan tetapi, di saat yang bersamaan, tak sedikit netizen yang nyinyir justru kepada pemain. Alih-alih senada dengan pemain untuk memberi wadah kompetisi, sebagian netizen justru menyarankan agar pemain berkarier di luar negeri saja “...daripada ngeluh mulu”.
Namun, berkarier di luar negeri nyatanya tak semudah yang dibayangkan. Pemain tak bisa tiba-tiba datang ke negara yang diinginkan lalu meneken kontrak dengan klub yang diimpikan.
Shalika Aurelia, pesepak bola wanita Indonesia, bercerita soal rumitnya berkarier di luar negeri bagi pesepak bola wanita Indonesia. Menurutnya, datang dengan CV pernah membela Timnas Wanita Indonesia saja belum cukup, klub butuh pembuktian lain agar pemain bisa mendapat kontrak.
Shalika yang pernah berkarier di Italia bersama Roma CF menyebut bahwa tiap tim biasanya punya kuota terbatas bagi pemain asing. Rata-rata klub luar negeri hanya menerima dua pemain asing saja dalam skuadnya. Ia pun lantas mencontohkan saat berkarier di Italia dan Malaysia.
"Ya, pengalaman aku tuh di semua klub yang aku pernah datangin, setiap negara tuh ada kuota pemain asing, kayak sekarang di Malaysia cuma ada dua orang, dan itu diisi sama aku sama Vini (Silfianus), saat aku di Italia juga cuma dua orang, jadi saat itu juga saingan aku," tutur Shalika dalam wawancara khusus bersama kumparanBOLANITA via Zoom, Kamis (17/7).
"Kayak nggak gampang untuk bisa dapetin itu, dan honestly the only reason pas aku di Italia itu bisa masuk tim, because aku udah lagi emang kebetulan lagi di sana, pelatihnya ngasih aku kesempatan untuk trial, dan di trial itu ada banyak anak-anak dari negara lain, itu bukan hal yang gampang," lanjut bek Garuda Pertiwi tersebut.

Menurut Shalika, pemain berlabel Timnas Wanita Indonesia saja belum cukup untuk bisa diterima di klub luar negeri. Terlebih, Indonesia tak punya kompetisi sepak bola wanita dan ranking FIFA-nya tak tergolong tinggi.
Maka, pemain harus menunjukkan kelebihannya ketika diberi kesempatan trial langsung. Lalu, pengalaman bermain juga sangat berpengaruh untuk bisa berkarier abroad (bermain di luar negeri).
"Mereka nggak percaya dengan CV aku yang cuma tulisannya, ‘oh main Timnas Indonesia’, mereka nggak percaya, karena ya kita nggak ada liga," kata Shalika.
"Di otak mereka juga kayak oke, kita ranking 90-berapa, walaupun mereka di Timnas, mereka nggak ada liga, nggak pernah bertanding secara reguler, ya mereka nggak mau percaya dengan CV kita doang, mereka bener-bener harus ngeliat secara langsung,"
"Karena aslinya main di luar itu susah banget, karena kita sebagai pemain asing itu setiap game kita di-demand, untuk main lebih bagus daripada semua yang ada di tim, itu sih." sambungnya.

Target Main Liga Champions Asia
Musim ini, Shalika punya pelabuhan baru dalam perjalanan kariernya. Shalika kini bermain untuk klub juara bertahan Liga Wanita Nasional Malaysia, Kelana United FC. Ini merupakan kali ketiga Shalika bermain abroad.
Tawaran untuk kembali abroad itu hadir kala Shalika menuntaskan kontraknya bersama tim Filipina, Makati FC. Tanpa pikir panjang, Shalika langsung menerima tawaran tersebut sebab Kelana United menyodorkan kesempatan untuk bermain di Liga Champions Wanita Asia 2025/26 ini.
Kelana United memang harus melalui fase kualifikasi terlebih dahulu untuk bisa mentas di putaran final Liga Champions Wanita Asia 2025/26. Kendati belum lolos langsung, Shalika mengaku termotivasi untuk jadi orang Indonesia pertama yang mentas di ajang tersebut.
"Hal pertama yang mereka tawarin ke aku adalah kita bakal main di Asian Women's Champions League, jadi dari situ aku langsung yang sangat tertarik, karena menurut aku itu adalah hal baru, apalagi belum ada pemain Indonesia, wanita yang pernah main di Asian Women's Champions League," ujar pemain asal Jakarta itu.
"Dan juga aku tahu di kompetisi itu bakal banyak tim-tim bergengsi juga, yang bakal bisa melihat kualitas pemain secara individu juga, makanya aku sangat tertarik juga sih untuk berlabuh ke sini dan bermain di sini," tandas Shalika.