Malaysia dan India Paling Doyan Kakao dari RI

3 hours ago 1
Kakao di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (2/5/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan

Kinerja ekspor komoditas kakao Indonesia menunjukkan tren positif selama empat bulan pertama pada 2025. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) pada periode Januari hingga April 2025, total ekspor dua produk kakao utama, yaitu biji kakao dan bubuk kakao tanpa tambahan gula atau pemanis lainnya, mencapai lebih dari USD 267 juta atau setara Rp 4,37 triliun (kurs Rp 16.362 per USD).

Untuk produk biji kakao, utuh atau pecah, mentah atau digongseng (HS 1801), ekspor pada periode tersebut mencapai volume 2.953.927 kilogram (kg) dengan nilai USD 27.511.230, atau setara Rp 450,2 miliar.

Hampir seluruh ekspor biji kakao ini ditujukan ke Malaysia, yang menyerap 2.949.470 kg dengan nilai USD 27.458.542 atau sekitar Rp 449,3 miliar.

Selain Malaysia, ekspor juga dikirim ke beberapa negara lain. Jepang menerima 2.575 kg senilai USD 30.985 sekitar Rp 507 juta, di posisi ketiga ada Jerman sebanyak 1.040 kg senilai USD 11.598 atau sekitar Rp 189,6 juta, di posisi keempat ditempati Singapura sebesar 299 kg senilai USD 4.224 sekitar Rp 69,1 juta, dan terakhir Amerika Serikat (AS) sebanyak 305 kg senilai USD 2.584 (sekitar Rp 42,3 juta).

Sementara ekspor ke negara-negara lain yang tidak disebutkan secara spesifik tercatat sebesar 238 kg dengan nilai USD 3.297 (sekitar Rp 53,9 juta).

Kakao di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul, Yogyakarta, Kamis (2/5/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan

Di sisi lain, komoditas ekspor bubuk kakao tanpa tambahan gula atau pemanis lainnya (HS 1805) tercatat jauh lebih besar. Indonesia mengekspor 39.650.212 kg dengan nilai total USD 239.831.289, yang jika dikonversi mencapai sekitar Rp 3,92 triliun.

Pasar terbesar untuk bubuk kakao Indonesia dalam periode ini adalah India, yang mengimpor 12.699.552 kg senilai USD 78.885.361, atau sekitar Rp 1,29 triliun. Disusul Tiongkok dengan 4.536.973 kg senilai USD 26.781.263 atau sekitar Rp 438,2 miliar, Filipina sebanyak 2.476.523 kilogram senilai USD 16.836.524 atau sekitar Rp 275,5 miliar, serta AS yang mencatatkan impor sebesar 1.190.858 kg senilai USD 15.343.710 (sekitar Rp 251,1 miliar).

Malaysia juga termasuk pasar utama di peringkat kelima dengan pembelian 2.194.340 kg senilai USD 13.240.025 sekitar Rp 216,6 miliar. Sementara itu, pengiriman ke berbagai negara lainnya secara kolektif mencapai 16.551.966 kg dengan nilai USD 88.744.406, atau sekitar Rp 1,45 triliun.

Read Entire Article