Kejaksaan Utah, Amerika Serikat akhirnya secara formal merampungkan berkas dakwaan pembunuhan kepada Tyler Robinson, pembunuh Charlie Kirk, sekutu dekat Presiden Donald Trump. Jaksa juga menuntut Robinson dengan hukuman mati.
"Setelah melihat bukti-bukti dari aparat penegak hukum, kami mendakwa Tyler James Robinson, usia 22 tahun, dengan pidana berat yakni pembunuhan. Yang artinya dia memang punya intensi untuk menyebabkan kematian Charlie Kirk, dalam kondisi yang bisa menyebabkan kematian orang lain pula," kata Jaksa Negara Bagian Utah, Jeff Gray, dilansir AFP, Selasa (16/9).
Ia juga didakwa dengan pidana berlapis, seperti obstruction of justice berupa ancaman pada rekan sekamarnya untuk tutup mulut.
"Saya juga menuntut untuk diberikan hukuman mati," kata Gray.
"Ini bukan keputusan mudah, keputusan ini dibuat secara indenpenden berdasar bukti-bukti yang ada atas perbuatan kriminalnya," imbuh Fray.
Robinson Ungkap Motif Pembunuhan ke Teman Sekamarnya
Tyler Robinson sendiri tinggal dengan teman sekamarnya yang sedang dalam transisi gender. Ia menyatakan kebenciannya kepada Kirk.
"Aku muak dengan kebencian ini, beberapa kebencian ini tak bisa lagi dinegosiasikan," kata Gray, membacakan pesan Robinson kepada rekannya.
Robinson sendiri kini tengah ditahan, dan diperkirakan akan menjalani persidangan pada Selasa pekan depan.
Gray menyebut, sesuai dengan ketentuan negara bagian, sidang perdana pembunuhan Charlie Kirk oleh Tyler Robinson ini akan disiarkan lewat tayanyan video.
Sekilas Tyler Robinson dan Charlie Kirk
Tyler Robinson berasal dari keluarga Mormon dan Republikan di Utah. Sebagai Republikan, keluarga tersebut memegang nilai-nilai konservatif.
Robinson memiliki catatan akademis yang kuat di sekolah menengah, bahkan mencetak skor ujian masuk perguruan tinggi yang menempatkannya di persentil teratas secara nasional.
Robinson mendapatkan beasiswa ke Universitas Negeri Utah (Utah State University) dan kuliah di sana selama satu semester pada tahun 2021. Setelah itu, ia beralih ke sekolah kejuruan, Dixie Technical College, saat ini menjadi mahasiswa tahun ketiga di program magang kelistrikan.
Sedangkan Kirk adalah Republikan pendukung Trump. Dia menyebarkan nilai-nilai konservatif lewat debat di forum terbuka, podcast, dan saluran lainnya. Pendapatnya yang blak-blakan tentang identitas gender, ras, migran, dan pendidikan, tak jarang memicu kontroversi.
Bagi pendukungnya, Kirk adalah masa depan konservatisme. Tapi bagi penentangnya, retorika Kirk dianggap ekstrem dan berbahaya.