Untung-Rugi Penggabungan Garuda Indonesia dan Pelita Air

21 hours ago 2

Jakarta -

Rencana merger antara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan Pelita Air mendapatkan respon beragam dari sejumlah pihak. Pengamat Penerbangan Gatot Rahardjo menilai penggabungan ini bisa membuat pasar penerbangan di Indonesia lebih bergairah.

Menurutnya, selama ini pasar penerbangan Indonesia cenderung dikuasai salah satu maskapai penerbangan swasta. Sehingga adanya penggabungan ini diharapkan bisa membuat persaingan yang lebih ketat.

"Kalau menurut saya penggabungan Pelita dan Garuda group ini bagus. Terutama untuk membuat pasar lebih bergairah karena selama ini kan pasarnya secara de facto (fakta) sudah monopoli, walaupun secara de jure dianggap tidak monopoli. Dengan adanya pesaing ini, nantinya diharapkan tidak ada lagi monopoli," katanya saat dihubungi detikcom, Selasa (16/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Gatot kurang setuju terkait adanya merger tersebut, ia lebih menyarankan agar adanya pembentukan holding BUMN penerbangan. Dengan begitu, pemerintah tetap bisa mengatur strategi bisnis maskapai BUMN secara lebih efektif, tapi tanpa risiko tumpang tindih atau hilangnya identitas masing-masing maskapai.

"Biarkan antar maskapai setara dengan AOC dan tingkat layanan masing-masing, Garuda full service, Pelita Medium service dan Citilink LCC. Tapi ada holding di atasnya yang mengatur kerjasama antar maskapai, misalnya untuk urusan SDM, marketing, pengadaan pesawat, kerjasama operasional," katanya.

"Sementara untuk teknis operasional bisa dilakukan masing-masing maskapai," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira justru menilai bahwa merger Garuda Indonesia dan Pelita Air merupakan rencana yang berisiko tinggi bagi industri penerbangan. Dimana dalam proyeksinya akan ada penurunan jumlah rute penerbangan dari maskapai Pelita Air.

Menurutnya kondisi tersebut akan menambah masalah baru yakni adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di maskapai Pelita Air.

"Maklum, Pelita Air bersaing dengan anak usaha Garuda yakni Citilink. Begitu merger, Pelita Air akan dikalahkan, yang dimenangkan adalah Citilink. Tidak mungkin maskapai low cost carrier di pasar domestik yang sama dan induk usaha yang sama mau berbagi rute. Apa dampaknya? Memicu terjadi PHK di Pelita Air, jadi masalah baru lagi nantinya," katanya.

Ia pun juga menyoroti kondisi keuangan yang tidak setara, dimana kondisi keuangan maskapai Pelita Air lebih stabil dibandingkan dengan maskapai Garuda Indonesia. Dengan kondisi tersebut ia mempertanyakan adanya penggabungan tersebut.

Alih-alih setuju dengan merger, Bhima malah mendorong Danantara untuk fokus pada perbaikan kinerja keuangan maskapai Garuda Indonesia.

"Kenapa yang sehat digabung dengan maskapai bermasalah? Pelita Air juga terbukti mampu berkompetisi dengan pemain swasta, bahkan menempati urutan pertama maskapai paling tepat waktu," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan bahwa sejumlah unit usaha non-core akan dipisahkan atau spin off dari Perseroan. Hal ini karena Perseroan akan lebih fokus pada bisnis inti yakni di sektor minyak dan gas (oil and gas) serta energi terbarukan (renewable energy).

Salah satu rencana besar yang tengah dijajaki adalah penggabungan Pelita Air dengan maskapai Garuda Indonesia. Simon mengatakan bahwa nantinya usaha tersebut akan di bawah koordinasi Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

"Dengan demikian untuk beberapa usaha kami akan spin off dan tentunya mungkin akan di bawah koordinasi dari Danantara akan kita gabungkan clustering dengan perusahaan-perusahaan sejenis. Sebagai contoh untuk airline kami kita sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025).

"Begitu juga untuk sektor insurance, sektor pelayanan kesehatan, hospitality, Patra Jasa tentunya akan mengikuti roadmap yang sudah dipersiapkan oleh Danantara," tambahnya.

Tonton juga video "Respons Garuda Indonesia soal Merger 3 Maskapai BUMN" di sini:

(kil/kil)

Read Entire Article