Jakarta -
Tiga tim yakni Bhayangkara Presisi Lampung, PSIM Yogyakarta, dan Persijap Jepara berstatus tim promosi Super League. Siapa paling siap dan serius?
Dari ketiga tim itu, semuanya sudah berpengalaman tampil di level atas sepakbola Indonesia. Bhayangkara merupakan tim yang paling berpengalaman dibanding dua tim lainnya karena baru kembali promosi setelah terdegradasi dari Liga 1 2023/24.
Persijap kembali ke level top setelah 11 tahun absen, sementara PSIM lebih lama lagi absen sejak 18 tahun bermain di kompetisi level 2. Bisa dibilang, Bhayangkara merupakan tim yang paling familiar dengan kompetisi level atas dibanding Persijap dan PSIM yang sudah lama absen dan baru promosi lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai tim promosi, ketiga klub ini wajib menyiapkan tim dan membangun skuad yang tangguh untuk bisa bersaing. Jika tidak banyak berbenah, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi bulan-bulanan dan menghuni papan bawah karena tidak bisa mengimbangi level kompetisi tertinggi.
Menilik dari persiapan tim, Bhayangkara terlihat sebagai tim yang paling serius. Sejauh ini mereka sudah merekrut 10 pemain asing dan berbagai nama pemain ternama hingga berlabel Timnas Indonesia seperti Muhammad Ferarri, Firza Andika, ataupun Frengky Missa.
Sementara pemain-pemain lama yang bertahan seperti Awan Setho, TM Ichsan, Wahyu Subo Seto, ataupun Dendy Sulistyawan sudah berpengalaman bermain di kompetisi tertinggi era Liga 1 sebelumnya. Mereka akan bahu-membahu bersama pemain asing berkualitas seperti Slavko Damjanovic, Leonardo da Silva, Moises Gaucho, Stjepan Plazonja, Andres Nieto, Christian Ilic, Shanyder Borgelin, Dejan Racic, hingga Fareed Sadat.
Urusan infrastruktur, Bhayangkara akan bermarkas di Stadion Sumpah Pemuda, Lampung. Stadion ini sukses disulap menjadi venue yang lolos verifikasi I.League alias sesuai standar yang ditetapkan.
Dengan segala persiapan itu, Bhayangkara tidak ragu untuk memasang target tinggi. Manajemen ingin Bhayangkara kembali bersaing di papan atas, menjadi bukti keyakinan dan pengalaman yang tidak bisa dibantahkan.
"Target kami tidak muluk-muluk, setidaknya finis di lima besar. Kalau bisa tiga besar, itu bonus. Kami akan terus dorong pemain dan pelatih untuk tampil maksimal," kata COO Bhayangkara Sumardji, dalam sesi launching tim belum lama ini.
Mereka semua akan ditangani oleh Paul Munster, pelatih asal Irlandia Utara yang sudah malang-melintang di sepakbola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Paul Munster sebelumnya juga pernah menangani Bhayangkara, sementara Persebaya Surabaya menjadi klub Indonesia terakhir yang ditanganinya sebelum comeback ke Bhayangkara.
Berbeda dengan Bhayangkara, Persijap tidak begitu glamor dalam membangun tim. Tidak banyak gebrakan yang dilakukan seperti misalnya merekrut pemain berpengalaman.
Cuma segelintir nama pemain lokal yang sudah berpengalaman di kompetisi tertinggi seperti Wahyudi Hamisi hingga David Laly. Sementara para pemain asing yang direkrut juga akan menjalani debutnya di kompetisi Super League.
Douglas Cruz dan Rosalvo Candido sebenarnya sudah pernah bermain di Indonesia, namun hanya di level Liga 2. Sudi Abdallah menjadi satu-satunya pemain asing Persijap yang sudah pernah merasakan atmosfer Liga 1 dengan memperkuat PSIS Semarang musim lalu.
Dalam menyambut Super League, Persijap menggelar dua kali uji coba melawan PSBS Biak dan Persipura Jayapura. Hasilnya, Persijap cuma meraih dua kali hasil imbang yang sama-sama berakhir dengan skor 0-0.
Tidak seperti Bhayangkara yang begitu ambisius, manajemen Persijap memilih realistis. Klub sadar bahwa kekuatan timnya belum bisa menyamai kekuatan klub-klub kuat di Super League.
"Kalau target kami sih, intinya ini adalah kompetisi yang sangat bergengsi. Kompetisi yang baru kami masuki di Liga 1 (Super League) ini. Artinya kami tidak muluk-muluk, konsisten dulu bertahan di Liga 1," kata Manajer Operasional Persijap Egat Sacawijaya saat sesi launching tim belum lama ini.
"Itu sudah cukup untuk kami. Jadi kami untuk ke depannya juga bisa melihat nih. Ketika kami sudah masuk ke Liga 1, apa yang berikutnya? Harus mematangkan tim menjadi lebih baik," ujarnya menambahkan.
Sementara PSIM menunjukkan keseriusan dan ambisi untuk tidak sekadar numpang lewat. Meski tidak segemerlap Bhayangkara, klub ini mendatangkan pemain-pemain berpengalaman seperti Andy Setyo, Jose Pedro alias Ze Valente, Ezequiel Vidal, Riyatno Abiyoso, Reva Adi Utama, Kasim Botan, hingga pemain-pemain muda potensial seperti Raka Cahyana ataupun Cahya Supriadi.
Pelatih asal Belanda, Jean-Paul van Gastel, juga dipercaya untuk menangani tim musim depan. Jean-Paul sebelumnya merupakan asisten pelatih dari Giovanni van Bronckhorst di klub Turki, Besiktas, dan juga pernah menangani NAC Breda serta menjadi asisten pelatih di Feyenoord.
Sebelum turun di Super League, PSIM menggelar uji coba dengan Bali United, Madura United, PSIS Semarang, Persik Kediri, dan terakhir Barito Putera. Pelatih Jean Paul menilai skuadnya masih banyak harus berbenah sebelum tampil di Super League.
"Jadi, pada dasarnya, yang terpenting adalah mereka (para pemain) semakin bugar dan memperbaiki cara bermain. Hingga selanjutnya skema permainan makin jelas dan baik," kata Jean-Paul, dikutip dari laman PSIM.
Super League akan kickoff mulai 8 Agustus mendatang, dengan dibuka tiga pertandingan yang semuanya melibatkan tiga tim promosi. Bhayangkara akan memainkan laga pembuka melawan tuan rumah Borneo FC Samarinda pada pukul 15.30 WIB, Persebaya menjamu PSIM pukul 19.00 WIB, dan PSM Makassar menjamu Persijap pukul 19.00, WIB.
Tiga pertandingan pembuka itu akan memberikan gambaran, tentang klub promosi mana yang paling siap bersaing di Super League. Apakah Bhayangkara yang ambisius, Persijap yang realistis, atau PSIM yang masih meraba-raba peta kekuatan di kompetisi?
(mro/nds)