Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengatakan proyek Giant Sea Wall (GSW) atau tanggul laut raksasa di Indonesia diminati tidak hanya oleh investor China, namun juga Eropa hingga Timur Tengah.
Hal ini menyusul hasil pertemuan bilateral Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, usai menghadiri perayaan 80 tahun kemenangan perang perlawanan rakyat China, Rabu (3/9). Salah satunya membahas proyek GSW.
AHY mengatakan, pada rapat terbatas (ratas) terakhir, Prabowo membuka peluang investor proyek GSW juga datang tidak hanya dari kawasan Asia, namun juga dari Eropa dan Timur Tengah.
"Beliau memang menyampaikan sejumlah kalangan, dan kami juga tahu persis betapa sebetulnya isu ini juga mendapatkan perhatian sejumlah negara, bisa dikatakan potential investor termasuk dari Tiongkok, termasuk dari negara-negara lain. Tidak hanya di Asia, tapi juga di Eropa dan Timur Tengah," ungkapnya usai acara kumparan Green Initiative Conference di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (18/9).
AHY menilai, perencanaan proyek GSW tidak bisa terburu-buru. Pemerintah, kata dia,memerlukan waktu untuk mematangkan konsep dan membahas proses dari satu kebijakan ke kebijakan lain.
Dengan demikian, dia memastikan pemerintah mempertimbangkan aspek ekonomi, teknokratis, sosial, serta terus mensosialisasikan proyek GSW kepada berbagai kalangan masyarakat.
"Karena ini sebuah proyek yang besar. Jadi tidak boleh, kita ingin progresif tetapi tidak boleh grasak-grusuk, kemudian akhirnya malah justru menimbulkan masalah-masalah di kemudian hari," tegas AHY.
Di sisi lain, AHY menyebutkan dirinya menyambut baik pembentukan Badan Otorita Khusus Pengelola Pantura Jawa yang akan mengharmonisasikan rencana pembangunan proyek tanggul laut raksasa yang sudah dicetuskan sejak lama.
"Konsep proteksi Pantura Jawa, termasuk tanggul laut, tanggul pantai itu sudah berkembang sejak sekian periode yang lalu. Setiap saat ada pembaharuan, ada juga versi-versi tertentu yang saat ini sedang kami harmoniskan, tentunya harus semakin tajam, semakin detail," jelasnya.
AHY menuturkan, proyek ini tidak hanya menyoroti wilayah Jakarta, namun juga wilayah pesisir lainnya yang rentan di sepanjang Pulau Jawa, mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
"Tentu misalnya Semarang Demak untuk Jawa Tengah, ini juga perlu perhatian dan penguatan yang segera. Jadi saat ini kami sedang hitung semuanya sebaik mungkin kebutuhan yang esensial, pendekatannya tidak hanya serba beton," tegas AHY.
Menurutnya, solusi penurunan permukaan tanah (land subsidance) tidak hanya berupa tanggul laut beton, namun juga solusi alami seperti penanaman mangrove.
"Tapi juga ada kombinasi dengan nature-based solution. Jadi solusi yang lebih menggunakan alam, misalnya dengan mangrove. Ini juga harus diintegrasikan dengan baik," tutur AHY.
Sebelumnya, CEO Danantara Rosan Roeslani menyebut ada dua perusahaan China yang berminat partisipasi dalam proyek GSW di Indonesia. Dia juga sudah melakukan pertemuan langsung.
“Ada 2 company besar yang tertarik dari China untuk partisipasi ketika saya ketemu langsung karena mereka juga sudah banyak membuat tanggul laut yang besar di China,” ujar Rosan di Istana Negara, Jakarta Pusat pada Senin (8/9).
Meski begitu, Rosan juga tetap terbuka terhadap seluruh negara yang berminat untuk melakukan investasi pada proyek GSW. “Terbuka kok, mau dari China, mau dari Eropa juga dari Belanda dan juga dari Jepang, baik itu dari se...