PO Bus Kurangi Jadwal Imbas Pembatasan Kapal di Pelabuhan Gilimanuk-Ketapang

1 week ago 4
 Budi Candra Setya/ANTARA FOTOIlustrasi bus di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO

Sejumlah perusahaan otobus (PO) memutuskan mengurangi jadwal operasional akibat pembatasan jumlah kapal penyeberangan di Pelabuhan Gilimanuk-Pelabuhan Ketapang menyusul tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya awal Juli lalu.

Misalnya saja, bus AKAP Juragan 99 cuma mengoperasikan 50 persen armada untuk melayani penumpang yang telanjur memesan tiket.

"Kemacetan panjang di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk berdampak pada operasional bus AKAP Juragan 99 Trans. Karena permintaan pelanggan masih ada, kebanyakan sudah memesan tiket jauh-jauh hari, maka kami tetap beroperasi dengan kekuatan 50 persen armada dari dan menuju Denpasar," ujar Direktur Utama Juragan 99 Trans, Suluk Waseso, kepada wartawan, Jumat (25/7).

Hasil pencitraan bawah laut menggunakan Multibeam Echosounder (MBES) dan Side Scan Sonar menampakkan diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya KMP Tunu Pratama Jaya di dasar laut, Minggu (13/7/2025). Foto: kumparanHasil pencitraan bawah laut menggunakan Multibeam Echosounder (MBES) dan Side Scan Sonar menampakkan diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya KMP Tunu Pratama Jaya di dasar laut, Minggu (13/7/2025). Foto: kumparan

Suluk menuturkan, perjalanan dari Malang, Jawa Timur, menuju Denpasar, Bali, biasanya memakan waktu 10-12 jam. Perjalanan kini menghabiskan waktu selama lebih dari 24 jam akibat antrean masuk ke kapal dan pembatasan operasional kapal.

"Hal ini berpengaruh juga pada kebutuhan bahan bakar yang naik hingga 30 persen dari penggunaan normal. Pada 18 Juli dan 24 Juli kami sempat tutup semua keberangkatan dari dan ke Denpasar," katanya.

Suasana di PO Gunung Harta di Denpasar, Bali, Jumat (25/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparanSuasana di PO Gunung Harta di Denpasar, Bali, Jumat (25/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Hal senada juga disampaikan CEO PO Gunung Harta I Kadek Jaya Manuba, jumlah bus yang beroperasi dikurangi sekitar 3-4 unit pada Kamis (24/7) kemarin. Perusahan mengalami kerugian sekitar Rp 10 jutaan untuk 1 unit bus, termasuk mengembalikan uang tiket penumpang.

"Yang paling keras terkena imbasnya di kami bus ekonomi rute Denpasar-Banyuwangi, Jember-Lumajang, di samping karena kemacetan penyeberangan di Ketapang juga karena ada pengalihan jalan dari Merawan beralih harus lewat Situbondo karena adanya jalan jebol di Merawan," katanya.

"Tapi karena tiket sudah terjual dan penumpang ada, ya kami memang harus jalan," sambungnya.

Suasana di PO Gunung Harta di Denpasar, Bali, Jumat (25/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparanSuasana di PO Gunung Harta di Denpasar, Bali, Jumat (25/7). Foto: Denita BR Matondang/kumparan

Buntut Karamnya KMP Tunu

Pembatasan operasional kapal ini buntut insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali pada 2 Juli 2025 malam hari. Kecelakaan ini menewaskan 19 orang dan 16 orang masih hilang. Ditemukan diduga kapal Tunu di dasar laut lewat pencarian dengan teknologi canggih.

Pemerintah kemudian menghentikan operasional kapal yang dinyatakan belum/tidak laik berlayar.

 Instagram/@djplkemenhub151KMP Tunu Pratama Jaya yang karam di Selat Bali, Juli 2025 Foto: Instagram/@djplkemenhub151

Kapal di dermaga LCM yang jadi pengangkut truk dan tronton hanya ada 6 padahal biasanya ada 9 unit. Kemudian terdapat 4 kapal di Dermaga Movable Bridge (MB) IV, dan 2 KMP Portlink di Dermaga Bulusan.

Hal ini mengakibatkan antrean kendaraan terutama truk mengular sepanjang 30 kilometer, hingga masuk ke jalur Pantura, tepatnya di Hutan Baluran, Situbondo, pada Kamis (24/7) kemarin.

Read Entire Article