
Pesawat latih Angkatan Udara Bangladesh F-7 BGI yang jatuh di Dhaka pada Senin (21/7) merupakan varian tercanggih dari seri F-7 buatan China. Meski digadang sebagai yang paling canggih, insiden ini menambah panjang daftar kecelakaan yang melibatkan produk militer dari Negeri Tirai Bambu tersebut.
Bagaimana rekam jejak pesawat tempur buatan China ini?
Menurut informasi yang dihimpun kumparan, kecelakaan yang melibatkan pesawat-pesawat tempur China umumnya disebabkan oleh masalah mekanis.
Untuk varian F-7 —jenis standar dari seri yang jatuh awal pekan ini —insiden pertama yang bisa ditemukan tercatat pada 9 April 2008. Lokasinya juga terjadi di Bangladesh.
Meski penyebabnya tak pernah diungkap secara rinci, siaran pers dari Inter Services Public Relations (ISPR) dikutip dari The Daily Star menyebut dugaan gangguan teknis sebagai pemicu jatuhnya pesawat. Pilot dalam kejadian itu tewas karena luka parah setelah pesawat jatuh di Upazila Ghatail, Tangail.
Setelah insiden tersebut, serangkaian kecelakaan lain yang melibatkan pesawat tempur ini terus terjadi di Bangladesh. Pada 2015, pilot perempuan Marium Mukhtiar tewas saat menerbangkan seri FT-7PG. Kecelakaan disebut terjadi setelah pesawat mengalami "keadaan darurat serius" di udara.
Kemudian pada 2018, seorang pilot meninggal setelah pesawat F-7BG yang dikendalikannya tiba-tiba terbakar usai menggunakan senjata di udara. Ia tewas karena terlontar dari pesawat pada ketinggian yang terlalu rendah.

Untuk seri di bawahnya yang dikenal di China sebagai Chengdu J-7 atau J-7, catatan kecelakaannya pun tak kalah panjang. Pesawat ini diketahui kerap mengalami insiden di dalam negeri, meski penyebabnya jarang diungkap ke publik. China sendiri akhirnya menghentikan penggunaan J-7 sejak 2023.
Salah satu insiden terbaru jenis pesawat ini pun terjadi di Zimbabwe pada 30 Mei 2025. Sebelum jatuh dan menewaskan pilot, sempat terdengar teriakan dari dalam kokpit melalui radio bahwa pesawat terbakar dan tidak bisa dikendalikan.
Meski memiliki catatan kecelakaan yang cukup banyak, pesawat jenis ini masih banyak digunakan oleh negara-negara kecil dan berkembang di Asia dan Afrika. Hal ini karena biaya akuisisi maupun operasional pesawat yang relatif rendah.
Selain Bangladesh, negara pengguna F-7 atau variannya adalah Iran, Myanmar, Namibia, Nigeria, Korea Utara, Pakistan, Sri Lanka, Sudan, Tanzania, dan Zimbabwe.