Pemerintah menargetkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia mencapai 23 persen dari total kapasitas pembangkit nasional sebesar 105 GigaWatt (GW), pada penutupan 2025 atau setara dengan 23,15 GW.
Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan pada Semester I 2025, bauran EBT di Indonesia mencapai 14,5 persen atau setara dengan 15,2 GW dari total kapasitas pembangkit nasional.
“Sejalan dengan komitmen transisi energi, pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan yang dapat ditingkatkan hingga 23 persen pada tahun 2025 ini,” tutur Lana dalam gelaran kumparan Green Initiative Conference di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (17/9).
Sementara dari sisi potensi, Indonesia memiliki potensi EBT mencapai 3.687 GW. Lana juga menuturkan pada semester I 2025, terjadi penambahan kapasitas terpasang energi baru terbarukan sebesar 876,5 MW, meningkat sekitar 15 persen dibandingkan total penambahan sepanjang tahun 2024.
“Sampai dengan semester I 2025 ini, struktur bauran energi primer masih didominasi oleh batu bara, dengan porsi 37,92 persen diikuti oleh minyak bumi tentunya sebesar 30,41 persen, (lalu) gas bumi sebesar 16,68 persen serta energi baru terbarukan sebesar 14,99 persen,” jelasnya.
Lebih lanjut juga menyoroti tantangan untuk Indonesia mencapai merdeka energi atau memastikan pemerataan ketersediaan energi bagi seluruh wilayah Indonesia.
Menurut dia, proses distribusi energi baik migas, ketenagalistrikan maupun EBT ke pulau-pulau terpencil masih terkendala keterbatasan infrastruktur.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 pemerintah menargetkan penambahan kapasitas sebesar 42,6 GW.
“Dari jumlah tersebut, distribusi proyek terbesar akan berada di wilayah Jawa, Madura, dan juga Bali, dengan kapasitas mencapai 19.643 MW, ditambah 7.956 MW yang merupakan penyimpanan energi atau storage untuk memperkuat keandalan sistem,” tutup Lana.