Film yang Bersinar di #InspiringIndonesia 2025

2 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Film pendek Mania Dunia Nia produksi Lagi Liburan Films berhasil meraih penghargaan Best Micro Film Award dalam ajang #InspiringIndonesia 2025, yang mengusung tema “Youth Mental Well-Being” dengan pesan utama “To Be Seen”. Pemutaran screening final regional Indonesia berlangsung pada Rabu (17/9/2025) di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia.

Film ini langsung mendapat beragam respon dari penonton, terutama karena banyak yang merasa dekat dengan pengalaman Nia, karakter utama yang digambarkan sedang menghadapi beberapa tekanan dari segala sisi.

“Ini merupakan film pertama yang diproduksi secara serius,” ujar Yosafat Prasetya, sutradara Mania Dunia Nia.

Ia mengungkapkan, ide film ini lahir dari pengalamannya pribadi sebagai mahasiswa yang kerap menghadapi berbagai tekanan hanya dalam satu hari. “Ini semua berangkat dari keresahan saya, dari banyaknya tekanan, baik tekanan akademik, sosial, hubungan cinta, dan isu politik akhir-akhir ini. Saya yakin juga keresahan saya sama dengan banyak teman-teman, terutama mahasiswa,” kata Yosafat.

Selain menggambarkan keresahan generasi muda, film ini juga menyelipkan pesan reflektif yaitu pentingnya membatasi konsumsi media sosial dan lebih banyak membangun interaksi langsung dengan orang-orang di sekitar.

“Kadang kita terlalu tenggelam di dunia maya sampai lupa bahwa dukungan nyata justru hadir ketika kita bertemu, ngobrol, dan saling mendengar secara langsung,” ujar Yosafat.

Cerita sederhana namun relevan ini dinilai dewan juri unggul dari segi narasi, kekuatan emosi, hingga penyajian visual yang berhasil menyampaikan pesan dengan jernih. Penonton pun banyak yang mengaku merasa relate dengan perjalanan Nia, sehingga film ini mampu membuka percakapan yang lebih luas tentang kesehatan mental remaja.

Di sisi lain, Komunitas Hello Sister berhasil meraih penghargaan Best Project Film Award dalam ajang #InspiringIndonesia 2025 melalui film pendek mereka yang berjudul Yang Bersuara Yang Diam. Karya ini diproduksi oleh anak dari Sumatera Selatan dan berhasil mencuri perhatian juri maupun penonton karena mengangkat isu serius yaitu kekerasan seksual dan dampaknya terhadap kesehatan mental.

Film tersebut menyoroti bagaimana korban kekerasan seksual seringkali memilih diam karena stigma dan ketakutan, sementara sebagian lainnya berusaha berani bersuara. Narasi ini tidak hanya menyentuh sisi emosional penonton, tetapi juga membuka ruang diskusi tentang pentingnya dukungan psikologis bagi penyintas.

Kategori Best Project Film Award memang ditujukan bagi film pendek yang lahir dari inisiatif sosial yang sudah berjalan dan memberi dampak nyata. Yang Bersuara Yang Diam dinilai berhasil merepresentasikan kerja lapangan Hello Sister dalam mendampingi penyintas kekerasan seksual sekaligus mengangkat pentingnya kesehatan mental sebagai bagian dari pemulihan.

Lebih dari Sekadar Film

Hello Sister bukan hanya tim kreatif di balik film pendek ini, tetapi juga sebuah komunitas yang selama ini aktif menjadi wadah solusi bagi korban kekerasan seksual. Mereka menjalankan berbagai program seperti workshop, seminar edukasi, hingga group support yang memberikan ruang aman bagi para penyintas untuk berbagi cerita dan memperoleh dukungan.

“Film ini adalah suara yang ingin kami titipkan untuk teman-teman penyintas di luar sana, bahwa mereka tidak sendiri. Ada komunitas yang siap mendukung,” ujar Mutiara selaku produser film pendek Yang Bersuara Yang Diam.

Meski mendapatkan apresiasi, Hello Sister mengakui bahwa perjuangan mereka tidak mudah. Hingga saat ini, korban kekerasan seksual masih sering menghadapi stigma sosial dan justru disalahkan atas peristiwa yang menimpa mereka. Hal ini menjadi hambatan besar dalam proses pemulihan mental maupun ketika mereka ingin mencari keadilan.

Read Entire Article