
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebut proyeksi ekspor gas alam cair (liquified natural gas/LNG), turun tahun ini lantaran untuk mengutamakan kebutuhan di dalam negeri.
SKK Migas memperkirakan penurunan ekspor LNG dibandingkan dengan 2024. Indonesia berencana mengekspor sekitar 150 kargo LNG pada 2025, sedangkan pasar domestik akan mengkonsumsi 86 kargo.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D. Suryodipuro, mengatakan ada pengalihan (swap) karena produksi gas diprioritaskan untuk dalam negeri.
"Ya intinya ada swap, perlu diingat bahwa yang namanya pasokan gas itu kita prioritasnya sesuai dengan arahan Bapak Presiden adalah pasokannya diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri," jelasnya kepada awak media di Jakarta, Jumat (25/7).
Hudi menjelaskan, kontrak jual beli LNG memerlukan proses negosiasi dan evaluasi secara periodik, tidak hanya dari sisi regulator, namun juga terhadap para pembeli (buyer).
Adapun sejauh ini, produksi gas mayoritas diserap di dalam negeri sebesar 70 persen, sementara sisanya 30 persen diekspor. Biasanya, ekspor gas tersebut berbentuk LNG.
"Terkait dengan 30 persen itu kan ada kontraktual, yang mungkin kita harus penuhi dan lain-lain. Jadi secara umum kita akan menyelesaikan itu secara periodik dan itu nanti kita akan update juga kira-kira berapa lama," tutur Hudi.
Meskipun begitu, Hudi belum bisa menjelaskan seberapa tahan pasokan LNG untuk dalam negeri. Hanya saja, dia menyebut SKK Migas akan memutar otak untuk tetap memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Tapi tetep upaya dari SKK Migas adalah pengutamaan dari kebutuhan domestik, sesuai dengan arahan dari Bapak Presiden dan Bapak Menteri. Ya tentu saja dari temen-temen kan lagi masih mutar otak lah untuk mencari ke arah sana," pungkasnya.

Sebelumnya, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, mengatakan penurunan ekspor LNG salah satunya disebabkan penjadwalan ulang pengiriman LNG untuk mengamankan pasokan gas dalam negeri, khususnya untuk kebutuhan pembangkit listrik.
"Ekspor 2025, perkirakan turun dari tahun sebelumnya, ekspor sebanyak 150 kargo. Domestik mencapai 86 kargo. Ini tapi masih bergerak terus perkiraan awal aja apakah proyeksi tadi masih memungkinkan, dialihkan ke domestik atau lainnya," jelasnya usai konferensi pers, Senin (21/7).
Kurnia memastikan tidak ada pembatalan pengiriman ekspor, sebab pemerintah hanya menjadwal ulang pengapalan setelah bernegosiasi antara kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) dan pembeli LNG.
"Hanya penjadwalan aja dengan KKKS dengan para buyer diskusikan lagi jadwal pengiriman. Sudah dicapai kesepakatan ini bisa ditunda sebentar akan dikirim nanti tanpa ada konsekuensi," ungkapnya.
SKK Migas memprediksi produksi LNG nasional tahun ini mencapai 237,8 kargo, meliputi 53,8 kargo dari Kilang Bontang di Kalimantan Timur dan 184 kargo dari Kilang Tangguh di Papua Barat.