Duit Konglomerat AS Banjiri Klub Sepak Bola Eropa

17 hours ago 6

Jakarta -

Konglomerat Amerika Serikat (AS) mulai getol menyuntik modal ke klub-klub sepak bola Eropa. Klub bola di Benua Biru nampaknya memiliki potensi bisnis yang menguntungkan.

Dilansir dari CNBC, Selasa (19/8/2025), klub-klub bola di lima liga teratas Eropa bisa meraup pendapatan sebesar US$ 23,7 miliar atau sekitar Rp 383,9 triliun (kurs Rp 16.200) pada musim kompetisi 2023/2024.

Para investor AS kini tercatat memiliki sebagian ataupun mayoritas saham klub-klub bola benua biru, khususnya pada kompetisi Liga Inggris. Setidaknya empat dari enam besar Liga Primer Inggris saat ini sudah mendapatkan suntikan modal dari pebisnis AS, itu termasuk Chelsea, Liverpool, Manchester United, dan juga Arsenal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan tajam dalam valuasi tim-tim sepak bola terbesar Eropa juga terlihat sangat menjanjikan. Keluarga Glazer misalnya, miliarder yang juga pemilik klub Tampa Bay Buccaneers dari Liga NFL di AS, membeli Manchester United hanya seharga US$ 1,07 miliar atau sekitar Rp 17,3 triliun di 2005.

Pada tahun 2024, atau sekitar 19 tahun kemudian mereka menjual saham minoritas klub itu ke Jim Ratcliffe dengan harga 6 kali lipat lebih mahal daripada modal awal.

Akademisi Universitas Liverpool yang meneliti keuangan sepak bola, Kieran Maguire, mengatakan meningkatnya kepemilikan borjuis AS di sepak bola Eropa didorong oleh hasrat kekayaan yang lebih tinggi di Amerika Serikat. Dia menggambarkan para miliarder sudah bingung akan memutar uangnya ke mana lagi, melihat potensi menguntungkan dari klub sepak bola, maka potensi itu pun dihantam juga.

"Sebenarnya ini agak mudah. Apa lagi yang bisa Anda lakukan dengan uang tunai Anda? Anda bisa memiliki helikopter sebanyak yang Anda inginkan, Anda juga bisa memiliki kapal pesiar super sebanyak yang Anda inginkan," kata Maguire.

Menurut Maguire, sedikitnya jumlah tim olahraga profesional papan atas yang tersedia untuk dibeli para konglomerat juga berkontribusi pada meningkatnya permintaan. Investasi di klub NFL dan NBA di AS dirasa sudah terlalu mahal untuk dilakukan, klub-klub sepak bola di benua biru pun muncul sebagai alternatif. Potensi untungnya sama, namun harganya bisa lebih miring.

Riset PitchBook mencatat lebih dari 36 klub di lima liga terbesar Eropa kini memiliki ekuitas swasta, modal ventura, atau partisipasi utang swasta asing melalui kepemilikan saham mayoritas maupun minoritas. Mayoritas klub itu berlaga di Liga Premier Inggris.

Model Kepemilikan Multi Klub
Banyak investor ekuitas swasta di sepak bola juga melirik model kepemilikan multi klub untuk meningkatkan investasi mereka. Maksudnya, satu bendera investor menyuntikkan dananya ke beberapa klub di berbagai negara.

Sebagai contoh saja, musim panas ini, Crystal Palace dari Inggris dilarang berpartisipasi dalam kompetisi Liga Europa UEFA karena pelanggaran aturan kepemilikan multi klub. Pengusaha Amerika, John Textor, tercatat memiliki saham di klub Inggris tersebut. Textor juga memiliki saham dari klub Olympique Lyon dari Prancis yang juga berlaga di kompetisi yang sama.

Analis Modal Swasta Senior EMEA PitchBook Nicolas Moura, mengatakan banyak investor AS ingin membangun berbagai klub sepak bola yang berbeda. Tentunya, model tersebut juga dapat memberikan manfaat pemasaran dan finansial yang jauh lebih besar. Mudahnya, memiliki dua atau lebih mesin pencetak uang, akan lebih baik daripada hanya memiliki satu.

Namun, sisi negatifnya adalah hal ini membuat regulator sepak bola Eropa meradang. Akhirnya badan sepak bola Eropa, UEFA, menghukum klu-klub yang investornya tidak bisa berlaga di kompetisi yang sama meskipun sudah lolos kualifikasi, Crystal Palace salah satu korbannya.

Tentu saja hal semacam ini bisa menjadi masalah yang lebih besar karena semakin banyak klub yang terlibat dalam struktur multi klub pindah ke divisi teratas Eropa.

(hal/hns)

Read Entire Article