Direktur Utama Perum Bulog Mayjen TNI Ahmad Rizal Ramdhani membantah adanya beras disposal atau beras yang tidak dapat dikonsumsi di gudang Bulog.
Dia menegaskan, saat ini semua beras di gudang-gudang Bulog dalam keadaan bagus dan tidak rusak, meskipun ada beras yang telah disimpan dalam waktu lama.
“Intinya kita berupaya untuk jadi bagus. Nggak ada (yang rusak), nggak mungkin ada yang rusak,” tutur Rizal di Kawasan Radio Dalam, Minggu (14/9).
Dia memastikan Bulog memiliki sistem pemeliharaan beras yang baik, sehingga beras di gudang Bulog tidak akan mengalami penurunan kualitas. Rizal juga menyebut beras-beras tersebut tetap akan disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan arahan pemerintah.
“Pemeliharaannya bagus, kan ada pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, triwulan, bahkan semester. Pemeliharaan bertingkat, bertahap, dan berlanjut itu sehingga memperoleh hasil yang optimal pemeliharaannya. Tetap disalurkan,” jelasnya.
Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa memperkirakan sebanyak 100 ribu ton beras yang dikantongi Bulog mengalami penurunan kualitas mutu atau disposal dan membuat negara rugi Rp 1,2 triliun.
Andreas melihat penyebabnya adalah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) saat ini, masih ada beras limpahan dari tahun lalu atau carry over.
“Perhitungan saya disposal tahun ini bisa lebih dari 100.000 ton, jadi hati-hati nih pemerintah. Kalau 100.000 ton saja negara dirugikan Rp 1,2 triliun, harus diingat itu kan ya,” kata Andreas dalam gelaran diskusi publik bersama dengan Ombudsman RI di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8).
Andreas menjelaskan, istilah disposal dalam urusan beras Bulog adalah beras yang tidak bisa digunakan sesuai fungsi awalnya, yaitu untuk konsumsi manusia. Penyebabnya kualitasnya yang menurun dan cenderung buruk, sehingga harus dibuang.
Ketika beras tersebut digunakan untuk pakan ternak, maka ada sederet persyaratan yang harus dipatuhi seperti soal penjaminan tidak terkontaminasi aflatoksin dan lain-lain.