Jakarta -
China menuduh Amerika Serikat (AS) melakukan perundungan atau bullying usai AS mendorong para sekutunya untuk mengenakan tarif tinggi ke China. Tarif tinggi ini diserukan AS lantaran China tetap membeli minyak dari Rusia.
Tudingan ini meningkatkan ketegangan di saat kedua negara tersebut tengah diplomasi dagang di Spanyol. Melansir Reuters, Selasa (16/7/2025) China menolak permintaan AS agar negara-negara G7 dan Nato mengenakan tarif sekunder pada barang-barang asal China. Kementerian Perdagangan China menilai seruan itu merupakan bentuk intimidasi sepihak dan pemaksaan ekonomi.
Pada hari yang sama, pejabat China dan AS memasuki perputaran kedua perundingan di Madrid, Spanyol. Agenda pertemuan itu membahas terkait tarif hingga tuntutan AS agar Bytedance melepas saham TikTok di AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketegangan semakin memanas setelah regulator pasar China mengumumkan penyelidikan awal terkait produsen chip asal AS, Nvidia melanggar undang-undang anti-monopoli negara tersebut.
Hubungan dagang dua negara ini telah memburuk, meskipun terjadi kesepakatan gencatan tarif pada Mei lalu yang diperpanjang hingga Agustus. Dengan begitu, mencegah lonjakan tarif barang hingga mencapai tingkat tiga digit.
Namun, para negosiator dari kedua negara itu masih bergulat dengan sejumlah isu, di antaranya pembatasan ekspor teknologi dan chip oleh AS, dukungan China terhadap Rusia, hingga tuduhan AS yang menilai China tidak membendung arus bahan kimia prekursor fentanil ke AS.
Dalam pernyataannya, Kementerian Perdagangan China mendesak AS untuk lebih berhati-hati, baik dalam perkataan dan perbuatan, serta menyelesaikan perbedaan melalui dialog yang setara.
Tonton juga video "Trump Terkejut PM Jepang Ishiba Mundur Usai Nego Tarif" di sini:
(acd/acd)