Cerita teman kumparan hadapi Tantangan Bangun Bisnis Sambil Kuliah

3 weeks ago 6
 ShutterstockIlustrasi mahasiswa memulai bisnis. Foto: Shutterstock

Mahasiswa masa kini nggak lagi mengotakkan dirinya sebagai pelajar. Mereka menganggap bahwa potensinya tidak harus diasah di ruang kelas saja, tapi bisa juga di ruang publik dengan cara terjun langsung ke masyarakat.

Makanya, sangat umum ditemukan mahasiswa yang mulai merambah ke dunia bisnis. Meski bukan bisnis skala besar yang memiliki ratusan hingga ribuan karyawan, tapi upaya mereka merintis dari nol tetap patut diacungi jempol.

Apalagi, tantangan merintis usaha sebagai mahasiswa itu banyak, lho. Yuk simak perjuangan teman kumparan dalam membangun bisnis sambil kuliah berikut ini.

Tantangan Mahasiswa Saat Mulai Bisnis

 SritanaN/ShutterstockIlustrasi bisnis mahasiswa. Foto: SritanaN/Shutterstock

Cukup banyak member komunitas teman kumparan yang memulai bisnis di jenjang kuliah. Salah satunya Bima, ia menawarkan jasa instal ulang serta servis laptop di kampusnya.

Ide usaha itu lahir saat ia melihat teman-temannya yang malas ke tempat servis resmi saat laptopnya rusak. Jadi, ia memutuskan menawarkan jasa perbaikan laptop dengan skill-nya sebagai mahasiswa Teknik Informatika.

Namun, membangun bisnis jasa seperti itu butuh kepercayaan besar dari pelanggan. Nah, membangun kepercayaan itulah yang menjadi tantangan berat bagi Bima.

“Tantangannya tuh dipercaya orang. Apalagi aku bukan teknisi resmi, cuma anak IT yang emang suka ngoprek. Jadi harus bangun trust pelan-pelan,” jelas Bima.

Di sisi lain, bagi Alya yang merintis bisnis jualan totebag dan stiker handmade di Instagram, tantangan terbesarnya adalah konsisten dan mengatur mood agar tetap semangat menjual. Meskipun ia hobi menggambar dan mendesain, tapi tetap saja mengalami fase lelah.

“Kadang abis kelas full seharian, udah capek banget, tapi harus packing orderan atau balasin DM customer. Belum lagi kalau lagi UTS atau UAS, harus pintar-pintar bagi waktu,” cerita Alya.

 David Gyung/ShutterstockIlustrasi mahasiswa memulai bisnis. Foto: David Gyung/Shutterstock

Tantangan serupa juga dialami Nabila yang jualan rice bowl homemade secara online. Membagi waktu terasa sulit karena harus kuliah sambil menyiapkan bahan makanan, menyetok, promosi, dan sejenisnya.

“Pernah dapet komplain karena telat kirim makanan pas aku lagi ada kelas dadakan. Jadi harus belajar atur semuanya sendiri,” tutur Nabila.

Untuk menyiasati waktu yang terbatas, ketiga member teman kumparan ini sudah menemukan metode sendiri. Kalau Bima, menetapkan waktu servis hanya pada weekend dan sore hari, sehingga waktu kuliah tidak akan terganggu.

Tak jauh berbeda, Alya juga menetapkan waktu pagi hingga sore untuk kuliah. Waktu malam digunakan untuk mengurus orderan dan proses produksi. Sedangkan weekend dimanfaatkan untuk restock barang dan menyiapkan konten promosi di Instagram.

Sedangkan Nabila yang menjual rice bowl memilih jam-jam tertentu untuk open pre-order. Jamnya disesuaikan dengan jadwal kuliah agar tidak bentrok.

“Biasanya jam kuliah pagi sampai siang, terus aku masak dan kirim pesanan sore,” ucap Nabila.

Nikmati serunya sharing hal-hal seru dengan ribuan teman baru di komunitas teman kumparan. Klik kum.pr/temankumparan

Read Entire Article