Benarkah Pemain Lokal Lebih Mahal dari Penggawa Asing? Ini Kata Yanto Basna

3 weeks ago 17
Pemain Persija Gustavo Almeida berebut bola dengan pemain Bali United Kadek Arel pada pertandingan BRI Liga 1 di Stadion Jakarta Internasional Stadium, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Sabtu (10/5/2025). Foto: Darryl Ramadhan/kumparanPemain Persija Gustavo Almeida berebut bola dengan pemain Bali United Kadek Arel pada pertandingan BRI Liga 1 di Stadion Jakarta Internasional Stadium, Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Sabtu (10/5/2025). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan

Rumor beredar bahwa harga pemain lokal kini telah menyamai pemain asing tetapi kualitas tak sepadan. Regulasi 11 pemain asing dianggap sebagai salah satu solusi untuk mengatasinya. Akan tetapi, Yanto Basna tidak sepakat.

Pemain yang pernah membela Persib Bandung hingga teranyar Persewar Waropen itu menilai bahwa harga pemain asing justru pasti lebih mahal. Memang, ada beberapa pemain lokal yang mahal, tetapi kebanyakan pemain asing lebih mahal.

"Kan tidak semua mahal. Artinya cuma beberapa pemain Timnas yang mahal. Dan sisanya pemain asing yang justru gajinya bisa 2-3 kali lipat daripada pemain lokal. Lokal paling bisa dihitung dengan jari yang gajinya tinggi. Sisanya kan tidak semahal itu," ujar Yanto Basna kepada kumparan.

"Makanya agak sedikit itu yang menjadi PR untuk kita sekarang cari solusi bagaimana caranya. Kita mau menambah jumlah itu [pemain asing], tetapi kita tidak menghargai orang-orang lokal juga."

 Instagram @ptprachuapfcYanto Basna bersama tim Liga Thailand, PT Prachuap FC. Foto: Instagram @ptprachuapfc

"Tapi kalau mau dilihat secara garis besar, semenjak 5 tahun ke sini, memang soal kontrak memang sudah ada peningkatan. Baiklah. Hanya kalau mau bilang mahal-mahal, tidak mahal. Justru pemain asing lebih mahal," lanjut bek berusia 30 tahun itu.

Beberapa waktu lalu, secara terpisah, Win Bernadino juga pernah bercerita soal situasi pemain lokal sekarang. Ada sejumlah pemain lokal yang baru beberapa kali dipanggil timnas kelompok umur, tetapi kontraknya terbilang tinggi dan itu menjadi siasat bagi para agen.

"Pemain saat baru sekali dipanggil Timnas jadi kesempatan bagi agen untuk 'menggoreng'. Karena adanya permintaan dan istilahnya jadi popularitas bagi sebuah klub jika punya pemain Timnas, jadi terdongkrak gitu kan," ucap Win kepada kumparan.

"Kayak Egy [Maulana Vikri], kayak [Rizky] Ridho, mungkin memang levelnya sudah tingkat atas pemain rata-rata. Nah itu mungkin kita masih terima gitu ya, tapi pada saat ada beberapa pemain yang baru kelompok umur, tapi kontrak ini sudah sampai miliaran, saya pikir juga ini anomali sekali."

"Kami kasihan untuk pemain yang matangnya itu karbitan gitu, apalagi karena godaan uang sehingga mereka tidak sustain, pada suatu waktu yang sebetulnya hilang kalau tidak bisa mengelola dengan baik. Nah ini juga mungkin perlu dibahas juga di federasi bagaimana keberlanjutan pemain-pemain muda kita gitu ya," tandasnya.

Read Entire Article